Hari, minggu, bulan dan tahun telah silih berganti terlewati, namun aktivitas dan kisah cintaku masih tetap jalan ditempat, nggak ada tanda-tanda peningkatan sedikitpun. Tidur, bangun, bersih-bersih kamar, mandi, kerja, makan, kerja, pulang, nonton tv, tidur, dan kembali ke awal. Membosankan, monoton dan hampa!
Masih ingat dengan permainan rubik yang pernah aku ceritakan dahulu? Permainan yang telah 4 bulan belum selesai-selesai. Mencoba untuk diselesaikan namun hasilnya muter aja, nggak selesai-selesai. "Kok sama seperti hidup dan kisah cinta saya ya?, kusut tak berbentuk". Hidupku dan kisah cintaku ibarat bagaikan permainan rubik. Setiap sedikit menemukan titik terang, akhirnya kandas. Muter-muter nggak jelas dan demikian seterusnya sampai ternamai dengan istilah "MONOTON". Lelah dan bosan. Merasa lahir di dunia tanpa ada visi dan misi penting, manusia terbuang, nggak berguna, sampah dunia.
Hujan rintik-rintik dan seperti biasa mataku susah untuk dipejamkan. Entah terlalu sering atau Over Dosis dengan televisi, sampai-sampai acara jelekpun tetap saya tonton. Sempat saya terdiam dan mulai memasuki dunia lamunanku namun untunglah segera cepat sadar, kalau tidak bisa berbahaya, bisa-bisa saya akan menjadi manusia yang melankolis, "yach... menjijikan sekali", setelah itu status Facebook saya akan berubah menjadi kalimat-kalimat Sansekerta nan puitis, merana seribu bahasa. "Oh... tiiiddaakk...!!!".
Sambil garuk-garuk tidak gatal, saya terdiam lalu bagaikan ada sesuatu yang muncul dari atas langit ketujuh, wangsitpun turun dengan diiringi musik dari komponis terkenal, Sebastian Bach, menyuruhku untuk pergi dari kamar jahanam itu menuju warnet.
"Wah... kayaknya ide yang kurang baik nih!", gumam saya karena lihat dompet sudah menipis.
"Sama aja dengan bohong, masak keluar dari kamar jahanam menuju bilik jahanam", celetuk saya seperti terjadi penolakan diri.
Karena saya telah sampai pada titik kejenuhan yang tertinggi maka dengan langkah seribu saya menuju warnet terdekat. Dengan lincahnya saya menghindari butir-butir air yang turun dari langit seakan memberi ujian kenaikan level yang lebih tinggi.
Sesampainya di warnet saya langsung masuk ke salah satu bilik yang satu-satunya kosong. Duduk, menyalakan power CPU lalu menggoyang-goyangkan mouse yang tergeletak manis di situ, namun apa yang terjadi?, ternyata kursornya tidak mau bergerak. Lalu saya keluar dari bilik jahanam itu dan berbicara pada penjaga warnet,
"Mas, mousenya kok nggak bisa bergerak ya?"
"Oh iya mas, mousenya rusak", jawab sang operator
"Ada yang kosong lagi?", jawabku segera
" Nggak ada, Mas", jawab sang operator sambil garuk-garuk kepala.
Mendengar jawaban operator yang tidak memuaskan, saya merasa jengkel sekali, kenapa nggak bilang dari awal saya masuk.
Namun dengan tekad baja saya mencari warnet terdekat lagi demi memenuhi isyarat wangsit tersebut. Lari-lari lagi, takut basah kehujanan. Akhirnya saya sampai juga pada warnet yang tertuju. Takut salah masuk lagi, segera saya tanya ke penjaga warnetnya dan untungnya masih banyak yang kosong.
Awalnya saya terdiam, "mau ngapain ya di sini? masak buka Facebook lagi", "kalau cuma buka facebook, lewat handphone juga bisa". Akhirnya saya buka email saya, biar nggak ditutup sama yang punya Yahoo!.
Setelah saya buka, ternyata email yang masuk banyak juga dan seperti biasa semuanya sampah, karena sebagian besar pemberitahuan dari Facebook. Namun saya tertarik sama salah satu email sulap langganan saya.
Karena ada videonya lalu saya buka link ke YouTube. Entah bagaimana, video-video tersebut menuju ke link rubik. Setelah lama saya lihat-lihat ternyata rumit juga untuk menyelesaikan satu masalah rubik. Kemudian saya lihat salah satu cara cepat untuk menyelesaikan rubik dan ternyata isinya yaitu cara membongkar pasang rubik.
"Jenius sekali, kenapa saya tidak berpikir 4 bulan yang lalu ya?", gumam saya sambil tersenyum.
Saya pikir-pikir, ternyata hidup itu kayak sebuah rubik. Jika Anda merasa macet dan tidak ada perubahan, Anda harus berani membongkarnya dan memasangkannya pada jalur yang benar. Carilah jalan keluar bagaimana untuk merubahnya. Itulah hal yang tersulit meskipun banyak resiko yang harus kita terima, namun itulah hidup. Jangan takut-takut karena baik atau buruk hasilnya, nanti juga kita kembali pada Yang Maha Kuasa. Yang penting kita sudah berusaha.