Showing posts with label novel. Show all posts
Showing posts with label novel. Show all posts

Jancukanovic

<< Kembali ke Halaman 1
<< Kembali ke Halaman 2

Genre: Novel Fiksi
Halaman: 3

Halo para pembaca semuanya, lama tidak menulis nih!. Maklum  belum ada materi untuk ditulis. Oya, ada kabar terbaru nih, sekarang saya sudah menikah lho, nikah beneran di KUA bukan di KUD. Hahaha... Malah sudah punya anak laki-laki.

Saya barusan nonton film thailand, judulnya "Top Secret The Billionaire". Filmnya menceritakan seorang anak baru lulus SMA, anak dari seorang keluarga kaya namun jatuh miskin karena terlilit hutang banyak sehingga rumahnya harus segera disita oleh bank. Dengan kegigihan anaknya tersebut, yang bersikeras tidak mau melanjutkan kuliah tetapi memilih berwirausaha akhirnya dapat melunasi hutang orang tuanya dan menjadi orang sukses. Film ini menceritakan perjalan anak tersebut mulai dari awal kemauan untuk menjadi wirausaha, jatuh bangunnya usaha-usaha yang digelutinya sampai mencapai sukses.

NB: "Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi, jika kita menyerah, maka habislah sudah".

Rubik yang Aneh

<< Kembali ke Halaman 1

Genre: Novel Fiksi
Halaman: 2


Hari, minggu, bulan dan tahun telah silih berganti terlewati, namun aktivitas dan kisah cintaku masih tetap jalan ditempat, nggak ada tanda-tanda peningkatan sedikitpun. Tidur, bangun, bersih-bersih kamar, mandi, kerja, makan, kerja, pulang, nonton tv, tidur, dan kembali ke awal. Membosankan, monoton dan hampa!

Masih ingat dengan permainan rubik yang pernah aku ceritakan dahulu? Permainan yang telah 4 bulan belum selesai-selesai. Mencoba untuk diselesaikan namun hasilnya muter aja, nggak selesai-selesai. "Kok sama seperti hidup dan kisah cinta saya ya?, kusut tak berbentuk". Hidupku dan kisah cintaku ibarat bagaikan permainan rubik. Setiap sedikit menemukan titik terang, akhirnya kandas. Muter-muter nggak jelas dan demikian seterusnya sampai ternamai dengan istilah "MONOTON". Lelah dan bosan. Merasa lahir di dunia tanpa ada visi dan misi penting, manusia terbuang, nggak berguna, sampah dunia.

Hujan rintik-rintik dan seperti biasa mataku susah untuk dipejamkan. Entah terlalu sering atau Over Dosis dengan televisi, sampai-sampai acara jelekpun tetap saya tonton. Sempat saya terdiam dan mulai memasuki dunia lamunanku namun untunglah segera cepat sadar, kalau tidak bisa berbahaya, bisa-bisa saya akan menjadi manusia yang melankolis, "yach... menjijikan sekali", setelah itu status Facebook saya akan berubah menjadi kalimat-kalimat Sansekerta nan puitis, merana seribu bahasa. "Oh... tiiiddaakk...!!!".

Sambil garuk-garuk tidak gatal, saya terdiam lalu bagaikan ada sesuatu yang muncul dari atas langit ketujuh, wangsitpun turun dengan diiringi musik dari komponis terkenal, Sebastian Bach, menyuruhku untuk pergi dari kamar jahanam itu menuju warnet.
"Wah... kayaknya ide yang kurang baik nih!", gumam saya karena lihat dompet sudah menipis.
"Sama aja dengan bohong, masak keluar dari kamar jahanam menuju bilik jahanam", celetuk saya seperti terjadi penolakan diri.
Karena saya telah sampai pada titik kejenuhan yang tertinggi maka dengan langkah seribu saya menuju warnet terdekat. Dengan lincahnya saya menghindari butir-butir air yang turun dari langit seakan memberi ujian kenaikan level yang lebih tinggi.

Sesampainya di warnet saya langsung masuk ke salah satu bilik yang satu-satunya kosong. Duduk, menyalakan power CPU lalu menggoyang-goyangkan mouse yang tergeletak manis di situ, namun apa yang terjadi?, ternyata kursornya tidak mau bergerak. Lalu saya keluar dari bilik jahanam itu dan berbicara pada penjaga warnet,
"Mas, mousenya kok nggak bisa bergerak ya?"
"Oh iya mas, mousenya rusak", jawab sang operator
"Ada yang kosong lagi?", jawabku segera
" Nggak ada, Mas", jawab sang operator sambil garuk-garuk kepala.
Mendengar jawaban operator yang tidak memuaskan, saya merasa jengkel sekali, kenapa nggak bilang dari awal saya masuk.

Namun dengan tekad baja saya mencari warnet terdekat lagi demi memenuhi isyarat wangsit tersebut. Lari-lari lagi, takut basah kehujanan. Akhirnya saya sampai juga pada warnet yang tertuju. Takut salah masuk lagi, segera saya tanya ke penjaga warnetnya dan untungnya masih banyak yang kosong.

Awalnya saya terdiam, "mau ngapain ya di sini? masak buka Facebook lagi", "kalau cuma buka facebook, lewat handphone juga bisa". Akhirnya saya buka email saya, biar nggak ditutup sama yang punya Yahoo!.

Setelah saya buka, ternyata email yang masuk banyak juga dan seperti biasa semuanya sampah, karena sebagian besar pemberitahuan dari Facebook. Namun saya tertarik sama salah satu email sulap langganan saya.
Karena ada videonya lalu saya buka link ke YouTube. Entah bagaimana, video-video tersebut menuju ke link rubik. Setelah lama saya lihat-lihat ternyata rumit juga untuk menyelesaikan satu masalah rubik. Kemudian saya lihat salah satu cara cepat untuk menyelesaikan rubik dan ternyata isinya yaitu cara membongkar pasang rubik.
"Jenius sekali, kenapa saya tidak berpikir 4 bulan yang lalu ya?", gumam saya sambil tersenyum.
Saya pikir-pikir, ternyata hidup itu kayak sebuah rubik. Jika Anda merasa macet dan tidak ada perubahan, Anda harus berani membongkarnya dan memasangkannya pada jalur yang benar. Carilah jalan keluar bagaimana untuk merubahnya. Itulah hal yang tersulit meskipun banyak resiko yang harus kita terima, namun itulah hidup. Jangan takut-takut karena baik atau buruk hasilnya, nanti juga kita kembali pada Yang Maha Kuasa. Yang penting kita sudah berusaha.





Penantian

Genre: Novel Fiksi
Halaman: 1

Matahari sebentar lagi menampakkan diri di ufuk timur. Tak terasa malam telah terlewati. Entah kenapa saat ini aku belum bisa tidur. Berbagai macam cara telah kulakukan, mulai dari nonton tv, baca novel yang baru beberapa hari lalu aku beli sampai main rubik yang sudah 4 bulan tidak kunjung selesai-selesai. Dan entah sudah berapa kali aku bolak-balik ke kamar mandi cuma untuk kencing dan beol dan berapa ratus kali aku sign in dan sign out di jejaring sosial Facebook tapi tak ada tanda-tanda kehidupaan dari teman-temanku.

Akhirnya aku bengong sendirian kayak orang bego. Dalam kebengonganku itu aku berpikir dan lebih tepatnya bertanya-tanya tentang masa depanku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul pertanyaan dalam diri sendiri, "sembunyi dimana sich belahan jiwaku ini, susah banget ketemunya?". Maaf harap maklum sampai usiaku yang sudah setengah matang ini aku belum pernah menikah sebelumnya.

Aku gak tau, lebih tepatnya lagi aku sudah hilang ingatan bagaimana hal ini bisa terjadi. Bukannya sombong, cari pacar itu mudah bagiku tapi cari wanita yang benar-benar mau hidup bersamaku itulah yang sampai sekarang belum dapat kutemukan. memang naif kedengarannya, tapi itulah kenyataannya. Tragis.

Aku mencoba dengan sekuat tenaga untuk mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada masa laluku. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang muncul, antara lain:
1. Aku kurang ganteng?
2. Aku kurang layak untuk dijadikan pasangan hidup?
3. Aku kebanyakan memilih?
4. Aku kebanyakan mikir?
5. Aku kurang beruntung?
6. Aku dilahirkan untuk sendiri?
7. Bla...bla...bla...
"Waduh banyak banget ya?", tertawa sendiri.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04.00, mataku sudah mulai tak terkontrol dan kepalaku mulai berat. Akhirnya aku memilih untuk merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku yang mulai dari tadi aku acuhkan karena aku lebih memilih lantai sebagai alas tidurku.

Waktu telah menunjukkan pukul 09.00, seperti biasanya aku terbangun karena kebelet pipis. Dengan setengah mengantuk bercampur keadaan darurat karena kebelet pipis, aku paksakan demi perdamaian dunia perkasuran. "Brbrbr... dingin banget sich!".

Setelah melampiaskan nafsuku, "mohon jangan pikiran aneh-aneh!", aku kembali ke tempat peraduanku untuk melanjutkan mimpi yang kurang sedikit lagi selesai.

Pukul 09.30 aku terbangun dan seperti biasa selalu bergumam sendiri, "lho masih hidup?", sambil tersenyum. Kebetulan hari ini aku libur kerja karena tanggal merah, tahun baru imlek, jadi bisa santai di kost-kostan. Mata masih mengantuk tapi aku paksakan biar tidak kebiasaan malas. Aku langsung bersih-bersih kamar untuk memanaskan badan, lalu istirahat sebentar dengan menonton tv, lalu mandi dan nonton tv lagi. Aku mau bersantai-santai seharian. Tak lama kemudian terdengar "krucuk-krucuk-krucuk...", ternyata perutku yang kelaparan mengeluarkan suara peringatan. Tanpa dikomando lagi aku langsung bergegas keluar untuk membeli makanan. Setelah itu aku teringat teman wanitaku, aku coba untuk menghubunginya dan mengajak keluar. Kuraih handphoneku dengan cepat.
"Halo, Juminten... kamu lagi ngapain?", aku mengawali pembicaraan.
"Nggak ngapa-ngapain mas", jawab Juminten.
Langsung aku melontarkan pertanyaan penuh harapan, "keluar yuk?".
Dengan nada malas-malasan dia menjawab dengan cepat, "malas mas, besok aku kerja, capek coz kemarin aku keluar seharian sama teman-temanku".
"Oh, ya sudah kalau begitu", jawabku dengan lemas. Akhirnya aku nonton tv lagi hingga larut malam. "Hmmm... membosankan!".

"Aku ingin keluar...!", teriakku dalam hati, namun aku bingung mau kemana, teman nggak punya, pacar nggak punya. Aku tidak mau menggerutu dan aku tidak mau memikirkan masalah percintaan dulu. Akhirnya aku nonton tv lagi dan lagi. Seperti biasanya aku menanti acara kesukaanku yaitu OVJ di Trans7. Sambil menunggu aku melihat acara On The Spot, masih di stasiun tv yang sama. Berhubung hari ini adalah hari besar imlek Spot7 mengulas tentang 7 hal keistimewahan tentang Cina. Selain orang Cina selalu makan dengan sumpit ternyata jumlah penduduk pria di Cina jauh lebih besar di bandingkan wanitanya, sehingga disinyalir akan banyak pria yang menjomblo. "Hah? Menjomblo?, hahaha...", aku tertawa terbahak-bahak. "Kurang ajar nih acara, ngeledekin aku!". Seperti tidak terima, semua berlomba-lomba menambah penderitaanku.