Penantian

Genre: Novel Fiksi
Halaman: 1

Matahari sebentar lagi menampakkan diri di ufuk timur. Tak terasa malam telah terlewati. Entah kenapa saat ini aku belum bisa tidur. Berbagai macam cara telah kulakukan, mulai dari nonton tv, baca novel yang baru beberapa hari lalu aku beli sampai main rubik yang sudah 4 bulan tidak kunjung selesai-selesai. Dan entah sudah berapa kali aku bolak-balik ke kamar mandi cuma untuk kencing dan beol dan berapa ratus kali aku sign in dan sign out di jejaring sosial Facebook tapi tak ada tanda-tanda kehidupaan dari teman-temanku.

Akhirnya aku bengong sendirian kayak orang bego. Dalam kebengonganku itu aku berpikir dan lebih tepatnya bertanya-tanya tentang masa depanku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul pertanyaan dalam diri sendiri, "sembunyi dimana sich belahan jiwaku ini, susah banget ketemunya?". Maaf harap maklum sampai usiaku yang sudah setengah matang ini aku belum pernah menikah sebelumnya.

Aku gak tau, lebih tepatnya lagi aku sudah hilang ingatan bagaimana hal ini bisa terjadi. Bukannya sombong, cari pacar itu mudah bagiku tapi cari wanita yang benar-benar mau hidup bersamaku itulah yang sampai sekarang belum dapat kutemukan. memang naif kedengarannya, tapi itulah kenyataannya. Tragis.

Aku mencoba dengan sekuat tenaga untuk mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada masa laluku. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang muncul, antara lain:
1. Aku kurang ganteng?
2. Aku kurang layak untuk dijadikan pasangan hidup?
3. Aku kebanyakan memilih?
4. Aku kebanyakan mikir?
5. Aku kurang beruntung?
6. Aku dilahirkan untuk sendiri?
7. Bla...bla...bla...
"Waduh banyak banget ya?", tertawa sendiri.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04.00, mataku sudah mulai tak terkontrol dan kepalaku mulai berat. Akhirnya aku memilih untuk merebahkan tubuhku di atas kasur kesayanganku yang mulai dari tadi aku acuhkan karena aku lebih memilih lantai sebagai alas tidurku.

Waktu telah menunjukkan pukul 09.00, seperti biasanya aku terbangun karena kebelet pipis. Dengan setengah mengantuk bercampur keadaan darurat karena kebelet pipis, aku paksakan demi perdamaian dunia perkasuran. "Brbrbr... dingin banget sich!".

Setelah melampiaskan nafsuku, "mohon jangan pikiran aneh-aneh!", aku kembali ke tempat peraduanku untuk melanjutkan mimpi yang kurang sedikit lagi selesai.

Pukul 09.30 aku terbangun dan seperti biasa selalu bergumam sendiri, "lho masih hidup?", sambil tersenyum. Kebetulan hari ini aku libur kerja karena tanggal merah, tahun baru imlek, jadi bisa santai di kost-kostan. Mata masih mengantuk tapi aku paksakan biar tidak kebiasaan malas. Aku langsung bersih-bersih kamar untuk memanaskan badan, lalu istirahat sebentar dengan menonton tv, lalu mandi dan nonton tv lagi. Aku mau bersantai-santai seharian. Tak lama kemudian terdengar "krucuk-krucuk-krucuk...", ternyata perutku yang kelaparan mengeluarkan suara peringatan. Tanpa dikomando lagi aku langsung bergegas keluar untuk membeli makanan. Setelah itu aku teringat teman wanitaku, aku coba untuk menghubunginya dan mengajak keluar. Kuraih handphoneku dengan cepat.
"Halo, Juminten... kamu lagi ngapain?", aku mengawali pembicaraan.
"Nggak ngapa-ngapain mas", jawab Juminten.
Langsung aku melontarkan pertanyaan penuh harapan, "keluar yuk?".
Dengan nada malas-malasan dia menjawab dengan cepat, "malas mas, besok aku kerja, capek coz kemarin aku keluar seharian sama teman-temanku".
"Oh, ya sudah kalau begitu", jawabku dengan lemas. Akhirnya aku nonton tv lagi hingga larut malam. "Hmmm... membosankan!".

"Aku ingin keluar...!", teriakku dalam hati, namun aku bingung mau kemana, teman nggak punya, pacar nggak punya. Aku tidak mau menggerutu dan aku tidak mau memikirkan masalah percintaan dulu. Akhirnya aku nonton tv lagi dan lagi. Seperti biasanya aku menanti acara kesukaanku yaitu OVJ di Trans7. Sambil menunggu aku melihat acara On The Spot, masih di stasiun tv yang sama. Berhubung hari ini adalah hari besar imlek Spot7 mengulas tentang 7 hal keistimewahan tentang Cina. Selain orang Cina selalu makan dengan sumpit ternyata jumlah penduduk pria di Cina jauh lebih besar di bandingkan wanitanya, sehingga disinyalir akan banyak pria yang menjomblo. "Hah? Menjomblo?, hahaha...", aku tertawa terbahak-bahak. "Kurang ajar nih acara, ngeledekin aku!". Seperti tidak terima, semua berlomba-lomba menambah penderitaanku.

0 comments:

Post a Comment

Jadi member dulu untuk meninggalkan komentar...!!!
Lihat pasal 3 pada "Rules For Newbies".

Note: Only a member of this blog may post a comment.